You are currently viewing Cara Membentuk Habit di Lingkungan Baru

Cara Membentuk Habit di Lingkungan Baru

Hai, sobat pembelajar!

Welcome back to my blog di pembelajarproduktif.com.

Pernah gak sih kamu merasa kesulitan membentuk kebiasaan di lingkungan baru?
Atau mungkin, kamu punya kebiasaan yang baik, tapi seketika buyar ketika berganti kondisi?

Tenang, kita akan bahas hari ini. Tapi, sebelum itu, aku mau cerita sedikit.

Merantau Lagi

Jadi, baru-baru ini aku pindah lagi ke Bandung. Buat yang belum tau, aku merantau dari Medan ke Bandung di tahun 2015. Jadi, sekarang aku kembali lagi ke Bandung.

Tentu, perlu banyak penyesuaian ya. Istilah kerennya, adaptasi kebiasaan baru. Kalau di rumah orang tua di Medan, lebih mudah untuk bangun pagi karena dibangunin, makanan juga disediakan atau dimasakin, dan banyak kemudahan lainnya.

Memang sih sebagai anak rantau aku sudah terbiasa untuk mengurus diri sendiri. Tapi, aku perlu penyesuaian dalam berbagai kebiasaan.

Itulah yang akan aku bahas hari ini. Cara membentuk kebiasaan dengan lingkungan yang berbeda. Bukan hanya membentuk habit sih, tapi juga mempertahankan habit lama

Kondisi Baru

Kebiasaan itu ditentukan oleh trigger (pemicu). Dalam teknik IMPLEMENTATION INTENTION, kita perlu menggabungkan tiga hal: BEHAVIOR (perilaku), TIME (waktu), dan LOCATION (lokasi). Penggabungan ketiga ini akan membuat kita bisa lebih mengingat habit, lama-kelamaan secara tidak sadar, dan habit kita pun bisa dengan segera terbentuk.

1. PERILAKU

Ketika di Medan, aku jarang sekali olahraga pagi. Biasanya sih cuma main pingpong di sore hari aja. Berbeda saat aku di Bandung, aku ambil program fitness di gym, tiga kali sepekan. Tentu perlu penyesuaian jadwal.

2. WAKTU

Waktu pun terasa cukup berbeda. Karena sedang mengusahakan sholat subuh di masjid, aku perlu bangun lebih awal. Kenapa gitu? Karena jadwal subuh di Medan itu jam 5 lewat, sementra di Bandung sekitar 04:20 WIB.

3. LOKASI

Secara tempat pun, juga perlu penyesuaian. Tentu di antara tinggal di rumah dan tinggal di kosan terdapat banyak perbedaan. Bergaul dengan orang baru, tidak ada orang tua yang mengingatkan, butuh set up kamar yang baru, dan lain-lain.

Penerapan Teknik Intensi Implementasi

Nah, jadi untuk menerapkan teknik ini, kita perlu menggabungkan ketiganya. Caranya adalah dengan menanyakan tiga pertanyaan beruntun: NGAPAIN, KAPAN, DIMANA.

  • Ngapain? (“Aku mau lari pagi“)
  • Kapan? (“Jam 7.15 pagi“)
  • Dimana? (“Trek lari di dekat rumah“)

Akhirnya kamu akan mendapatkan suatu rencana seperti ini, “Aku akan lari pagi setiap jam 7.15 di trek lari di dekat rumah!”

Terlihat simpel bukan? Nah, kalau kamu masih bingung, tidak jadi masalah. Mari kita coba contoh berikutnya.

Misalnya, kamu adalah seorang pegawai kantoran atau mungkin seorang mahasiswa/pelajar yang aktif diorganisasi. Kamu ingin sekali mencoba membentuk hubungan kerja yang baik di kantor atau di organisasi dengan satu tim kerja kamu. Nah, untuk menerapkan prinsip implementation intention, jangan lupa untuk mengawalinya dengan membuat tiga pertanyaan seperti sebelumnya beserta jawabannya. Jadinya seperti ini…

  • Ngapain? (“Memberikan apresiasi ke orang lain“)
  • Kapan? (“Setiap selesai meeting“)
  • Dimana? (“Ketik di HP, kirim lewat email atau social media“)

Jadinya, kamu bisa menggabungkannya seperti ini, “Aku akan memberikan apresiasi ke karyawan/teman yang lain setiap selesai meeting melalui email atau sosial media dari HP.”

Kalau mau belajar lebih lanjut, bisa ke artikel tentang Implementation Intention ya.

Dicoba yuk!

Silahkan mencoba. Kalau mau aku berikan feedback, boleh screenshot aja artikel ini di story, tag aku (@pembelajarproduktif) dan tuliskan contoh kamu.

Kalau kamu cuma baca tapi gak diterapkan, ya sayang banget kan?

Sampai jumpa di artikel berikutnya…

SALAM PEMBELAJAR~