You are currently viewing Mengenal Teori Attachment Style: 4 Gaya Keterikatan yang Mempengaruhi Hubunganmu

Mengenal Teori Attachment Style: 4 Gaya Keterikatan yang Mempengaruhi Hubunganmu

Pembelajarproduktif.com – Halo Sobat Pembelajar! Pernahkah kamu mendengar teori attachment style atau gaya keterikatan? Teori ini membahas cara atau gaya seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 

Misalnya, ada orang yang sudah saling tertarik, tapi takut untuk berkomitmen. Atau, orang yang sepertinya sangat sempurna, tapi selalu merasa tidak pantas untuk dicintai.

Nah dalam psikologi, mereka dengan pola hubungan seperti contoh di atas termasuk dalam gaya keterikatan avoidant attachment. Setiap orang memang memiliki gaya keterikatan sendiri yang sudah terbentuk sejak kecil, begitu pun dengan dirimu. 

Penasaran apa jenis keterikatan kamu saat menjalin hubungan?

Lalu, bagaimana gaya keterikatan ini terbentuk? 

Kalau keterikatannya negatif, apakah bisa diubah?

Tenang, semua rasa penasaranmu akan terjawab. Baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui jawabannya!

Apa Itu Attachment Style?

pengertian teori attachment style

Sebelum dikenal seperti sekarang, teori attachment style telah melalui berbagai eksperimen. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh John Bowlby, seorang psikoanalis asal Inggris. Pada tahun 1970-an, Mary Ainsworth mengembangkan teori ini lebih lanjut melalui eksperimen “Strange Situation”. Lalu, penelitian lanjutannya dilakukan oleh Main dan Solomon pada tahun 1986. 

Attachment style sendiri adalah pola keterikatan, yaitu cara seseorang menjalin hubungan emosional dengan orang lain ketika sudah dewasa. Gaya keterikatan ini mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh pola asuh orangtua atau pengasuh utama. 

Pola asuh tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap ikatan anak dan orangtua, tetapi juga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap cara anak menjalin dan mempertahankan hubungan di masa dewasa.

Meski terbentuk sejak kecil, pengalaman hidup seperti persahabatan, trauma, atau hubungan di masa lalu dapat mengembangkan attachment style kita. 

Terdapat 4 jenis attachment style yang menggambarkan hubungan kita dengan orang lain, yaitu secure, anxious, avoidant, dan disorganized. 

Baca Juga: Inner Child Bukan Musuh, Ini Cara Merangkulnya agar Hidupmu Lebih Tenang

Apa Saja 4 Gaya Keterikatan?

Memahami attachment style menjadi langkah penting untuk mengenali pola hubungan tidak sehat yang mungkin terus berulang. Dengan pemahaman tersebut, kamu bisa mengetahui hal-hal yang bisa kamu perbaiki untuk membangun hubungan yang lebih aman.  

Berikut penjelasan 4 jenis attachment style lengkap dengan ciri-cirinya.

1. Secure Attachment

secure attachment.

Orang dengan secure attachment adalah mereka yang dibesarkan oleh cinta dari orangtuanya. Di antara 4 jenis keterikatan, bisa dikatakan bahwa secure attachment merupakan gaya keterikatan yang paling sehat. 

Karakteristik dari orang dengan secure attachment adalah:

  • Memiliki batasan antara mandiri dan mengandalkan orang lain.
  • Tidak takut membuka hati.
  • Mampu mengungkapkan perasaan dengan jujur.
  • Merasa nyaman dengan keintiman dan kedekatan.
  • Mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang dewasa.
  • Memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Karakteristik-karakteristik tersebut membuat seseorang dengan secure attachment cenderung membangun hubungan yang sehat dan seimbang saat dewasa. Mereka memiliki keyakinan bahwa mereka layak dicintai, percaya kepada orang lain, tapi pada saat yang sama memiliki batasan yang sehat.

Mereka juga nyaman memberi dan menerima cinta, mampu menghadapi konflik dengan tenang, dan mampu berbicara jujur tentang kebutuhan emosionalnya.

2. Anxious Attachment

Pola asuh dari orangtua yang kasih sayangnya tidak konsisten akan membentuk keterikatan anak menjadi anxious attachment. Tidak konsisten maksudnya ketika anak membutuhkan kasih sayang, orangtuanya kadang hadir dan kadang tidak.

Anak dengan pola asuh ini akan tumbuh dengan keyakinan bahwa cinta itu tidak pasti dan harus diperjuangkan. Mereka cenderung menjadi pribadi yang merasa harus selalu melakukan sesuatu agar tetap dicintai.

Karakteristik dari orang dengan anxious attachment adalah:

  • Takut sendirian, ditinggalkan, dan diabaikan.
  • Mudah bergantung.
  • Membutuhkan validasi terus-menerus.
  • Sulit merasa tenang dalam hubungan.
  • Melihat diri sendiri negatif, tapi melihat orang lain positif.

Saat menjalin hubungan, seseorang dengan karakteristik anxious attachment sebenarnya menginginkan kedekatan emosional, tapi mereka sering merasa tidak cukup untuk dicintai. Jika pasangannya terlihat sedikit menjauh, mereka akan langsung merasa cemas. 

Orang dengan keterikatan anxious juga cenderung mengorbankan diri sendiri demi mempertahankan hubungan, bahkan jika hubungan tersebut tidak sehat.

3. Avoidant Attachment

avoidant attachment adalah

Avoidant attachment adalah pola keterikatan yang terbentuk dari pola asuh yang mengabaikan ekspresi emosi atau terlalu menekankan kemandirian sejak dini. Ketika anak menunjukkan kesedihan atau butuh dukungan, respons yang didapat sering bersifat dingin, meremehkan, atau bahkan ditolak.

Mereka sebenarnya menginginkan kedekatan emosional, tetapi mereka merasa tidak nyaman ketika sudah mendapatkannya. Oleh karena itu, mereka cenderung menghindari komitmen ketika sudah dewasa. 

Karakteristik dari orang dengan avoidant attachment adalah:

  • Lebih suka menyendiri dan menjaga jarak.
  • Sulit membuka diri atau berbagi perasaan.
  • Sulit mempercayai orang lain.
  • Memiliki kecenderungan tidak memerlukan orang lain.
  • Sulit untuk menjalin hubungan jangka panjang dan cenderung menghindar untuk memiliki komitmen. 

Dengan ciri-ciri tersebut, orang dengan avoidant attachment tampak mandiri dan tenang, tapi sebenarnya menyimpan ketidaknyamanan terhadap kedekatan emosional. Mereka cenderung menjaga jarak karena menganggap keintiman sebagai sesuatu yang mengancam. 

Meski di dalam hati mereka menginginkan hubungan yang hangat, respons masa kecil yang penuh penolakan membuat mereka memilih untuk tidak terlalu bergantung pada siapa pun. Kecenderungan ini membuat mereka sulit menerima bantuan atau menunjukkan kerentanan, karena merasa hal tersebut sama saja dengan kelemahan. 

Akibatnya, hubungan yang dijalani terasa datar, sulit berkembang, dan sering kali penuh ketegangan emosional yang terpendam. 

4. Disorganized Attachment

disorganized attachment adalah

Gaya disorganized attachment adalah jenis keterikatan yang paling kompleks. Masa kecil mereka dipenuhi dengan ketidakpastian, ketakutan, dan trauma. 

Seseorang dengan keterikatan disorganized seringkali memiliki pengalaman yang traumatis. Misalnya ditelantarkan, kehilangan, korban pelecehan seksual, dan kejadian traumatis lainnya.

Karakteristik dari orang dengan disorganized attachment adalah:

  • Sulit mempercayai orang lain, tapi juga takut sendirian.
  • Cenderung mengalami relasi yang penuh dengan konflik.
  • Takut akan kedekatan emosional dan takut ditinggalkan.
  • Cenderung merasa tidak berdaya dan tidak layak dicintai.
  • Kesulitan mengendalikan emosi.
  • Bergantung kepada orang yang menyakiti atau yang mereka takuti.

Ketika seorang disorganized attachment menjalin hubungan, mereka sering kali merasa terjebak dalam pola yang melelahkan secara emosional. Perasaan mereka terhadap pasangan sering naik-turun antara cinta dan curiga. Mereka bisa sangat penuh cinta, tapi tiba-tiba bisa menjauh atau merusak hubungan sendiri.

Dalam jangka panjang, pola ini bisa mempengaruhi kesehatan mental dan rasa percaya terhadap diri sendiri. Tanpa kesadaran dan bantuan yang tepat, mereka bisa terus merasa tidak layak dicintai dan terus mengulangi pola hubungan yang tidak sehat.

Baca Juga: Logikal Fallacy dalam Fanatisme: Saat Emosi Mengalahkan Akal

Cara Mengubah Attachment Style

Meskipun attachment style terbentuk sejak masa kanak-kanak, pola ini bisa berkembang seiring dengan pengalaman hidup yang kamu alami. 

Dengan lingkungan yang mendukung, hubungan yang aman, dan terapi yang tepat, kamu bisa berpindah dari keterikatan yang tidak aman ke pola yang lebih aman.

4 cara yang bisa dilakukan untuk mengubah attachment style adalah:

1. Meningkatkan Self-awareness 

Langkah pertama adalah dengan mengenali attachment style kamu. Mulailah dengan mengamati kecenderungan emosi dan pola yang ada dalam hubungan dewasamu.  

Apakah kamu mudah curiga saat pasangan tidak membalas pesan? Atau bahkan merasa tidak nyaman saat seseorang terlalu dekat? 

Dengan mengamati pola-pola tersebut, kamu bisa mengenali gaya keterikatanmu. Kamu juga bisa mengetahuinya dengan mencari tahu latar belakang di mana kamu tumbuh dewasa.

2. Jalin Hubungan yang Aman dan Mendukung

Berada dalam hubungan yang penuh empati, menghargai batasan, dan memberikan rasa aman bisa menjadi pengalaman korektif. Dari pengalaman tersebut, kamu akan mempelajari ulang bahwa kedekatan emosional tidak selalu disertai ancaman dan penolakan adalah hal yang wajar. 

3. Memutus Rantainya 

Ketika kamu sudah memiliki pemahaman bahwa pola keterikatanmu tidak aman, tantang dirimu untuk melatih respons emosi dengan lebih sehat. Misalnya ketika sedang berkonflik, alih-alih menarik diri, cobalah untuk belajar membuka komunikasi dan mengekspresikan kebutuhan emosionalmu.

4. Terapi Psikologis

Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional ketika pola keterikatanmu sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi yang tepat sangat efektif untuk mengurai akar pola keterikatan yang terbentuk di masa lalu. 

Baca Juga: Terungkap! Ini 6 Alasan Hasil Tes MBTI Tidak Akurat

Nah itulah penjelasan teori attachment style, jenis-jenisnya, dan cara mengubah pola keterikatan yang negatif. 

Mengenal diri sendiri adalah langkah penting karena, bagaimana mungkin kita bisa memperbaiki sesuatu yang tidak kita sadari? Perubahannya mungkin tidak instan, tetapi setiap pengalaman baru yang baik bisa mengembangkan pola keterikatanmu menjadi lebih sehat. 

Untuk mengenal dirimu lebih dalam, termasuk memahami cara berpikir, zona nyaman, sampai pola komunikasi, kamu bisa melakukan tes dan mendapatkan panduan lengkapnya di MBTI Productivity Guide.

Kenali Dirimu Lebih Dalam dengan MBTI Productivity Guide

kenali setiap mbti

Dengan panduan ini, kamu jadi tahu apa saja kebutuhan emosionalmu, kapan kamu butuh dukungan, kapan kamu perlu ruang, dan bagaimana kamu membangun batasan yang sehat dalam hubungan, baik dengan pasangan, keluarga, atau teman.

Tidak hanya soal hubungan, kamu juga akan mendapatkan panduan lengkap membangun habit positif dan memaksimalkan potensi diri sesuai MBTI-mu. Hubungan dan karir pun akan berjalan dengan seimbang yang membuat kamu jauh lebih bahagia. 

Karena hubungan yang sehat, karir yang ideal, dan hidup yang bahagia selalu dimulai dari diri sendiri,

👉Klik Di Sini untuk Mendapatkan MBTI Productivity Guide!