You are currently viewing 7 Tanda Kamu Boros Tapi Berkedok Self Reward

7 Tanda Kamu Boros Tapi Berkedok Self Reward

Pembelajarproduktif.com – Halo, Sobat Pembelajar! Pernah ngerasa setiap ada pencapaian kecil, langsung pengen beli barang baru? Awalnya kan cuma pengen ngasih hadiah buat diri sendiri, tapi kok dompet malah boncos ya? Jangan-jangan, kamu terjebak boros tapi berkedok self reward. 

Self reward awalnya emang baik untuk memberikan apresiasi atas pencapaian dan usaha yang telah dilakukan oleh diri sendiri. Tapi, tanpa disadari, kebiasaan ini seringkali menjadi jebakan yang membuat dompetmu nangis. 

Alih-alih menjaga kesehatan mental dan motivasi, self reward bisa berubah menjadi pola konsumsi yang berlebihan dan nggak terkontrol. Jadi bumerang bagi diri sendiri deh. 

Padahal, self reward itu simpel banget. Gampangnya, kamu memberi hadiah ke diri sendiri sebagai bentuk apresiasi setelah melakukan sesuatu yang hebat atau mencapai target tertentu. 

Misalnya, setelah berhasil menyelesaikan bab 1-3 skripsi dalam waktu seminggu. Maka, kamu berhak memanjakan diri dengan beli makanan favorit, nonton film kesukaan, atau sekadar jalan-jalan tanpa beban.

Tujuannya ya buat menjaga mood, semangat, dan merasa bahwa usaha kamu itu dihargai dan diapresiasi. Meskipun sama diri sendiri. 

Tapi, yang perlu diingat, self reward ini nggak boleh terlalu sering atau kebablasan sampai bikin boros. Pokoknya, tahu batasnya, biar nggak kalap. Coba deh cek 7 tanda ini, siapa tahu kamu lagi kebablasan memanjakan diri.

1. Terlalu Sering Membeli ‘Hadiah’

Terlalu sering memberi hadiah pada diri sendiri adalah jebakan self reward.

Kalau kamu ngerasa tiap hari tuh ada aja yang dibeli buat ngasih hadiah buat diri sendiri, walau itu sebenernya nggak penting-penting banget, wah berarti kamu harus waspada nih. 

Self reward itu kan buat ngerayain hal-hal yang spesial, bukan sebagai alasan belanja tiap hari. Self reward yang sehat seharusnya dilakukan dengan frekuensi yang terukur.

Kalau terus-terusan gini, pengeluaranmu bisa membengkak lho karena merasa setiap hari merasa berhak mendapatkan hadiah. Meskipun aslinya nggak ada pencapaian besar. 

Nggak semua hal kecil perlu dirayain dengan belanja, lho! Kalau gitu, dompet kamu bakalan tipis terus. Self reward itu penting, tapi jangan sampai jadi alasan buat kalap belanja ya. 

Baca Juga: Teknik Belajar Feynman, Trik Jitu Paham Konsep Anti Ribet

2. Tidak Ada Batas Jumlah dan Waktu

Tidak menetapkan batas jumlah dan waktu dalam melakukan self reward.

Self reward itu juga perlu yang namanya aturan dan batasan. Kalau semuanya diterobos, bikin keuanganmu malah jadi seret.

Makanya, tetep harus bijak. Misalnya, tahu kapan waktu yang tepat untuk self reward atau ngerti berapa jumlah nominal yang pantas untuk mengapresiasi dirimu. 

Contohnya nih setiap kali dapat bonus, kamu bisa sisihkan sebagian uangmu untuk beli barang yang udah lama diincar. Tapi, tetap tentuin dulu budget maksimalnya berapa biar nggak kalap belanja.

Bisa juga begini, setiap kali berhasil menyelesaikan proyek besar, kamu boleh kasih hadiah diri sendiri dengan liburan ke tempat impianmu. Tapi, jangan setiap minggu liburan ke situ ya. 

Kasih waktu buat diri sendiri untuk menabung lagi ya. 

3. Suka Mencari Alasan

Self reward tidak mencari-cari alasan untuk membeli sesuatu.

Setiap pencapaian, sekecil apa pun, selalu dijadikan self reward dengan dalih ‘gapapa kan sekali-sekali’. 

Kamu berhasil bangun lebih awal atau menyelesaikan tugas yang seharusnya emang dilakukan, kamu langsung kepikiran abis ini checkout barang apa. 

Alhasil, mencari-cari alasan untuk melakukan self reward. Nah, ini bisa menjadi sinyal bahwa kamu menggunakan konsep ini sebagai pembenaran untuk kebiasaan konsumtif yang impulsif.

Bisa juga begini. Kalau kamu keseringan minta pendapat atau persetujuan dari teman-teman soal keputusan self reward, itu bisa jadi karena sebenarnya kamu ragu sama pilihan sendiri. 

Nyari validasi dari orang lain soal self-reward itu tanda kalau kamu mungkin belum yakin untuk mengambil keputusan. Ujungnya malah nyari-nyari alasan aja.

4. Menambah Tagihan Utang

Hutang meningkat merupakan salah satu jebakan self reward.

Kalau kamu merasa self reward ini malah jadi bumerang yang membuatmu kesulitan menyisihkan uang untuk tabungan atau masa depan, ada baiknya harus kamu stop deh.

Kamu udah merencanakan pengeluaran bulan ini untuk kebutuhan pokok nih, eh malah uangnya kepake buat beli barang atau pergi liburan yang sebenarnya nggak kamu perlukan banget

Akibatnya, keuanganmu jadi nggak stabil. Parahnya, kamu harus mencari pinjaman atau menggunakan kartu kredit untuk menutup pengeluaran yang berlebihan.

5. Tidak Ada Rasa Puas

Abis beli barang sepatu sebagai self reward, kamu malah kepengen beli tas dengan alasan serupa. Begitu aja terus nggak ada berhentinya. Kepengen beli ini, kepengen beli itu. 

Hal ini menunjukkan bahwa self reward yang kamu lakukan nggak memberikan kepuasan jangka panjang, tapi malah memicu perilaku konsumtif. 

Kebiasaan kayak gini yang bikin pengeluaran makin nggak terkontrol karena kamu merasa nggak puas. Ujungnya, malah jadi gaya hidup konsumtif.

Baca Juga: 8 Soft Skill Ini Bikin Karier Kamu Sukses Berkali-Lipat di Era Digital

6. Merasa Bersalah Setelah Self Reward

Self reward tidak membuatmu merasa bersalah kepada diri sendiri setelah membeli sesuatu.

Pernah nggak kamu merasa menyesal dan merasa bersalah setelah membeli sesuatu sebagai self reward? Nah, ini bisa jadi pertanda kalau self reward-mu udah termasuk boros. 

Gimana nggak, self reward itu kan tujuannya untuk merasa puas dan bahagia dengan pencapaian yang telah diraih. Berarti, kalau kamu menyesal dengan keputusan ‘menghadiahi’ diri sendiri, kamu tidak benar-benar menikmati ‘hadiahmu’.

Selain itu, terdapat kemungkinan kamu sedang mencari pembenaran untuk membeli sesuatu yang sebenarnya nggak terlalu butuh.

Bisa juga kamu merasa bersalah karena telah membelanjakan uang untuk hal yang kurang penting. 

7. Mengabaikan Kebutuhan Pokok

Self reward tidak membuatmu mengabaikan kebutuhan sehari-hari.

Pernah nggak sih kamu sengaja ngelupain tagihan atau kebutuhan penting demi self reward? Misalnya, nunda bayar cicilan atau tagihan listrik cuma karena pengen makan di resto fancy buat “hadiah” ke diri sendiri. 

Nah, kalau iya, itu tanda jelas kalau self reward udah termasuk boros dan konsumtif. Apalagi kalau kamu udah sering banget ngasih hadiah buat diri sendiri tanpa ada alasan khusus.

Kalau terus-terusan kayak gini, kamu jadi nggak bisa bedain mana yang kebutuhan dan mana keinginan. Akhirnya, uang kamu cepet habis buat hal-hal yang sebenarnya nggak penting. Ini sih namanya boros tapi berkedok self reward.

Baca Juga: 8 Cara Manajemen Waktu Ini Terbukti Tingkatkan Produktivitas Kamu

Nah, itu dia 7 perbedaan antara self reward dan boros. Dengan memahami perbedaan antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN, kamu bisa tetap mengontrol pengeluaran serta menjaga keseimbangan finansial.

Tapi, kalau kamu sekarang masih susah menghilangkan kebiasaan boros yang berkedok self reward, kamu bisa mempelajari melalui:

 “Mastery 30-Day Program “Permanent Automatic Habit” di Akademi Produktif

Mastery 30-Day Program “Permanent Automatic Habit.

Dalam program ini, kamu akan mempelajari cara khusus menghentikan kebiasaan buruk SECARA PERMANEN, termasuk jebakan self reward.

Nggak sampai di situ, kamu juga akan belajar RAHASIA BIKIN KEBIASAAN PERMANEN 10x LEBIH CEPAT dengan 12 FAKTOR PEMBENTUK KEBIASAAN.

STOP pakai cara kuno motivasi. Motivasi CUMA BERTAHAN 2-7 HARI AJA, tapi dengan HABIT SCIENCE sesuai PSIKOLOGI dan CARA KERJA OTAK, kebiasaanmu bisa jadi permanen.

Bahkan, nggak hanya menghilangkan, TAPI JUGA MENCEGAH KEBIASAAN ITU KEMBALI.

Bonusnya, kamu akan bakal mempelajari cara membangun kebiasaan atau habit secara konsisten anti gagal. 

Dan masih ada LEBIH DARI 100 TEKNIK RAHASIA BANGUN HABIT SERTA BERHENTI DARI HABIT BURUK.

Dijamin, setelah ikut program ini semua habit kamu OTOMATIS JADI PERMANEN agar hidup LEBIH PRODUKTIF DAN RAIH KESUKSESAN LEBIH MUDAH.

Jadi Yuk Dapatkan Mastery 30-Day Program “Permanent Automatic Habit”