Welcome, Sobat Pembelajar!
Apakah kamu pernah mengalami saat ingin bentuk habit malah berakhir gak konsisten?
Padahal kamu sudah berjuang keras untuk bentuk habit yang baik. Sudah mencoba berbagai cara, tapi selalu saja gagal untuk konsisten.
Pada akhirnya, kamu merasa gak yakin sama diri sendiri bahwa kamu bisa konsisten dan bahkan sampai menyalahi diri sendiri.
Pernah?
Kalau pernah, yang kamu rasakan itu adalah sikap pesimis.
Apa Itu Pesimisme?
Menurut American Psychological Association, pesimisme diartikan sebagai perilaku yang melihat segala sesuatunya akan gagal dan keinginan atau tujuan orang tersebut tidak akan tercapai.
Seseorang dengan kecenderungan bersikap pesimis akan memandang hidupnya ke arah yang lebih negatif.
Contohnya, kalau kamu bersikap pesimis kamu gak akan percaya bahwa habit yang ingin kamu bangun akan berhasil.
Namun, kalau kamu bersikap positif, kamu akan yakin dan percaya bahwa kamu bisa konsisten bangun habit serta mau mencoba lagi.
Menurut kamu, mana yang lebih baik antara bersikap pesimis atau optimis?
Tentu saja kita lebih baik bersikap optimis ya, walaupun memang kita harus realistis. Akan tetapi, bersikap optimis lebih banyak manfaatnya.
Yuk, Optimis!
Melansir dari Verywellmind, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang bersikap optimis memiliki kesehatan yang lebih baik, mental yang sehat, tidak mudah menyerah, dan mampu mengelola stres dengan baik.
Maka, saat kamu berniat untuk bentuk habit baru, selain kamu harus tau caranya, kamu juga harus mulai dengan sikap yang optimis.
Salah satu kunci kesuksesan adalah bersikap optimis meskipun kita sedang gagal.
Ada beberapa kebiasaan orang optimis dalam memahami kegagalan yang bisa kamu lakukan.
Mari kita bahas ya…
Kebiasaan Orang Optimis
1. Melihat kegagalan bersifat sementara bukan permanen
Kegagalan bukanlah takdir, hanyalah proses untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik di kemudian hari.
Kalau saat ini kamu sedang gagal konsisten bentuk habit, bukan berarti kamu akan gagal terus.
Jadi, gak ada salahnya untuk terus mencoba ya!
2. Menilai kesulitan bersifat spesifik bukan umum
Kesulitan melakukan sesuatu hanyalah di kegiatan tersebut. Jangan negative thinking dan menyangkutpautkan dengan kesulitan di tempat lain.
Kalau kamu kesulitan bangun habit olahraga dengan konsisten, bukan berarti kamu akan kesulitan juga saat bangun habit baca buku.
Semangat ya!
3. Memahami kesalahan bersifat metode bukan pribadi
Yang salah adalah cara dan metodenya. Bukan kamu yang salah, tapi kamu hanya menemukan cara yang gak cocok.
Coba deh, mulai dulu dari habit yang sederhana dan mudah. Kamu bisa mulai dari habit 3 detik yang bisa merubah hidupmu lebih baik, bisa baca di sini ya…
4. Memandang rintangan bersifat eksternal bukan internal
Rintangan yang kamu hadapi adalah tantangan yang muncul saat berusaha, bukan kamu sendirilah masalahnya.
Bukan salah diri kamu yang tidak bisa membentuk habit, justru kamu perlu berupaya untuk menyelesaikan masalah dari dalam ke luar.
5. Menjelaskan kondisi dengan cara positif bukan negatif
Salah satu tanda kalau kamu adalah seorang yang optimis adalah kamu akan paham bahwa kesulitan merupakan pengalaman belajar.
Setiap kegagalan, kamu akan memahaminya sebagai peluang belajar.
“Berhasil atau belajar; menang atau berkembang.”
Let’s recap!
Mulai sekarang, mari kita belajar untuk bersikap optimis bukan pesimis, dan setiap kita gagal lihatlah kegagalan bersifat …
SEMENTARA BUKAN PERMANEN
SPESIFIK BUKAN UMUM
METODE BUKAN PRIBADI
EKSTERNAL BUKAN INTERNAL
POSITIF BUKAN NEGATIF
Kalau kamu merasa bangun habit sendirian sangat sulit, kamu bisa bergabung ke komunitas Sobat Pembelajar ya. Di sana kamu bisa cari partner bentuk habit bareng, bisa join di sini ya…
Kamu juga bisa baca e-book “Membangun Habit Produktif”, yang bisa membantu kamu untuk lebih produktif dan konsisten. Baca sekarang yuk!
Akses e-booknya di sini ya… Semoga bermanfaat dan tetap semangat ya!
Salam pembelajar!